Translate

Monday, May 19, 2014

Makalah Pemimpin Masa Depan Harus Pemimpin Yang Baik

Kiriman dari:           tiara herfiana


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
Tugas umum seorang pemimpin adalah bersama-sama pengikutnya sampai kepada tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pemimpin pilihan yang mampu menggerakkan, memberi tuntunan dan binaan, memberikan teladan, dan menunjukkan jalan yang paling baik untuk sampai kepada tujuan tersebut.
Seorang pemimpin biasanya memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan pengikutnya, dengan kecerdasan yang luar biasa pemimpin dapat berpikir maju dan melihat lebih banyak dibandingkan pengikutnya. Tapi bisakah semua pemimpin yang cerdas itu dikatakan pemimpin yang baik, karena dalam makalah ini topik “Pemimpin yang baik” akan dibahas dari sudut pandang moral dan etika bukan dari intelegensia saja.
Konsep baik dalam segi moral dan etika mungkin dianggap remeh oleh sebagian besar orang, tapi jika kita menyelami tentang hal ini dan membandingkan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemimpin-pemimpin Indonesia akan terdapat rasa butuh akan sosok baik ini. Terutama harapan untuk membawa negara kita Indonesia tercinta ini keluar dari permasalahan-permasalahan mendasar dalam negara yaitu kemiskinan dan sumber daya manusia yang rendah.
Dewasa ini banyak pemimpin-pemimpin muda hadir dengan kelebihan-kelebihanya, berbicara tentang perubahan, perubahan bagaimana yang dimaksud, bisakah seorang anak muda mendikte yang tua dan berpengalaman. Bisakah pemimpin yang berpengalaman dikatakan pemimpin yang baik, atau pemimpin yang mengumbar-ngumbar janji perubahan, dapatkan mereka menempatkan diri serta bertahan dengan banyaknya permasalahan yang dihadapi bangsa ini.
Mempelajari pengalaman dalam memimpin dari para pemimpin Indonesia di masa lalu menjadi penting sekarang, mereka yang pernah merasakan duduk di kursi presiden dan memerintah serta membangun bangsa ini dapat kita pelajari sisi baik dan buruknya. Moral dan etika sangat penting artinya dalam memimpin bangsa ini serta hal buruk yang terjadi jika terdapat krisis moral dan etika dalam tonggak kepemimpinan Indonesia.

1.2.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah cara menjadikan diri sebagai pemimpin yang baik dengan mengedepankan moral ?
2.        Apakah dampak dengan adanya pemimpin yang baik dalam kepemimpinan di Indonesia ?

1.3.       Tujuan Penulisan
Memberikan pandangan tentang memilih, mengikuti, dan menjadi pemimpin ideal secara moral agar didapatkan sosok pemimpin yang berbudi pekerti sehingga membawa Indonesia ke arah yang lebih baik sekarang dan dimasa yang akan datang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pemimpin masa lalu dan sekarang
Dewasa ini banyak yang berpendapat pemimpin itu harus tegas, jujur dan peduli. Semua sifat-sifat yang mulia dari pemimpin itu tidak didapatkan secara cepat, memantaskan diri menjadi pemimpin dapat dilakukan sejak kecil dan bertahap hingga dewasa. Teori genetis yang menyatakan pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir dan dikaruniai bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahir semakin diragukan. Teori sosial yang adalah lawan dari teori genetis menyatakan pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk tidak serta merta dilahirkan begitu saja, jadi setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
Dari kedua teori yang sudah dijelaskan teori sosial lebih mumpuni untuk dijadikan patokan menjadikan seseorang pemimpin yang baik. Karena kebaikan tidak dilahirkan tapi diperoleh dari tindakan yang dilakukan. Perasaan untuk berbagi dan berbuat adil harus diasa terus menerus agar sensitif dan diharapkan pemimpin-pemimpin melakukan sesuatu yang harus dilakukan bukan yang ingin dilakukan.
Sejarah manusia membuktikan bahwa berdirinya perguruan tinggi, biara, dan pesantren, jelas dimaksudkan untuk mendidik, mempengaruhi dan mengubah sikap amak manusia, melalui pembentukan dan pembiasaan diri. Dalam lembaga-lembaga pendidikan tersebut anak-anak muda disiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai bidang kehidupan, sekarang maupun dimasa mendatang.
Indonesia dalam sejarahnya telah melahirkan pemimpin-pemimpin dunia yang gaya kepemimpinanya terus dikenang dan dijadikan pedoman bagi pengikutnya. lantas kepemimpinan itu tidak serta merta menjadikan pemimpin itu sempurna, kebijakan yang dinilai salah menurunkan dan membuat mereka turun tahta, tetap saja kebaikan dimasa lalu tetap dikenang dan menjadi sejarah yang tak telupakan. Cerita tentang pahlawan nasional kita Muhammad Natsir. Ketika Natsir berhenti jadi perdana menteri, di hari terakhir masa jabatannya, Natsir dengan mengendarai sendiri mobil dinasnya datang ke istana untuk mengembalikan mandat pemerintahannya kepada Presiden Soekarno, diikuti di belakangnya oleh sopirnya yang mengendarai sepeda. Setelah mandat pemerintahannya dikembalikan, Natsir sekaligus ingin mengembalikan mobil dinasnya. Ketika petugas menanyakan, setelah dikembalikan, dengan apa Natsir akan kembali ke rumah dan menawarkan untuk diantar, Natsir menolak sambil menunjuk sopirnya yang sedang menunggu di luar dengan sepedanya. Natsir pulang ke rumah dengan diboncengi sepeda oleh sopirnya. Kemuliaan budi pekerti ini membuat Natsir kemudian dijuluki pengikut dan pengagumnya “hati nurani umat”. Cerita singkat tentang Natsir ini membuat kita belajar kesederhanaan dan profesionalitas. Dibandingkan cerita tentang pemimpin-pemimpin masa kini yang haus kekuasaan, harta dan kehormatan hingga melakukan tindakan yang tidak pantas dan memalukan adalah suatu  ironi yang dapat mengerdilkan jiwa dan perasaan baik dalam diri sendiri.
Dari cerita tentang Natsir kita akan membanding-bandingkan dengan pemimpin-pemimpin kita masa kini. Banyak pemimpin yang pintar, tapi tidak semuanya berakhlak mulia, tidak banyak yang dapat menjadi panutan dan cerminan bagi warga masyarakat yang dipimpinnya.
Kepemimpinan bukanlah hal yang mati dan beku. Kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis, mudah berubah, dan harus selalu disesuaikan dengan perubahan lingkungan. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki jiwa dan pikiran yang terbuka sehingga ia tidak kaku dalam mengambil keputusan. Tindakan yang berani harus diimbangi dengan persiapan yang matang.
Moral menjadi dasar utama disini, baik yang dimaksud adalah baik dalam segi moral, moral itu sendiri adalah pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Seseorang dapat dikatakan bermoral yang baik saat ia melakukan banyak hal dengan tindakan baik. Moral menurut Prof. Dr. H. Veithhzal Rivai, S.E., M.M., MBA dari bukunya “Pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi” ada dua macam, yaitu :
a.         Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut pula hati nurani.
b.        Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.
Moral dalam perspektif Islam adalah akhlak, oleh karena pembahasan moral disini lebih ditekankan pada pengertian akhlak, sehingga emosional sangat erat kaitanya dengan hal ini, orang tidak bisa melakukan hal baik, saat dia memang tidak memiliki emosi untuk melakukan hal baik. Terkadang tindakan terpuji seperti yang dilakukan Natsir dan Jokowi dianggap absurb bagi kebanyakan orang.
Seorang pemimpin seharusnya mengetahui keadaan rakyatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Saat  pemimpin sudah sampai ditahap merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan rakyatnya ia telah sampai pada titik yang dinamakan Kepemimpinan yang melayani.
a.         Hati yang melayani
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinya. Kembali kita lihat, betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat, ataupun pejabat publik justru tidak memiliki integritas sama sekali. Karena apa yang diucapkan dan dijanjikan tidak sama dengan yang dilakukan. Seorang pemimpin sejati seharusnya memiliki hastrat untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin di kelompoknya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud  dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
b.        Kepala yang melayani
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya. Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasim mendorong dan memampukan yang dipimpinnya dalam melakukan tugasnya agar tujuan akhir dapat tercapai.
c.         Tangan yang melayani
Pemimpin bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas serta memiliki kemampuan dalam metode kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin.
Kita tidak bisa sukses dalam melakukan hal yang besar jika masih gagal melakukan hal-hal yang kecil. Contoh dari kepemimpinan yang melayani sudah diberikan diatas, betapa hal kecil yang baik dilakukan akan membekas dihati rakyat, dikenang dan menjadi cerminan, bahwasanya setiap orang mempunyai potensi sebagai pemimpin dan diharapkan potensi yang dibangun dan terus dikembangkan adalah potensi menjadi pemimpin yang baik.

2.2.       Dampak kepemimpinan yang baik bagi Indonesia
a.         Produktivitas dan efektivitas dalam berkarya
Setiap bangsa melahirkan pemimpinnya masing-masing dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula. Tapi tetap saja apapun bangsanya, sejarahnya, dan wilayahnya sosok pemimpin yang baik dan tentu berakhlak masih sangat dirindukan. Dalam pandangan ilmu pengetahuan akhlak dapat menunjang prestasi/produktifitas. Memang banyak orang yang merasa bahwa tidak ada kaitanya antara prestasi/produktifitas dengan akhlak, jelas pandangan ini benar-benar keliru.
Bila kita memahami sungguh-sungguh nilai-nilai akhlak mulia, maka kita akan menemukan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dapat saling bersinergi dalam menumbuhkan potensi manusia kita. Dengan potensi yang seperti ini bayangkan betapa indahnya kombinasi antara kemuliaan akhlak dengan tingginya produktifitas dan efektivitas dalam berkarya. Berkarya yang dimaksudkan disini secara lebih signifikan adalah kebijakan yang pro rakyat agar dekat dengan kesejahteraan. Indonesia adalah negara yang kaya, Tuhan menganugerahkan kita dengan sumber daya di darat dan di laut yang sempurna, tinggal tugas kita yang mengelolanya agar kekayaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok tapi mencakup luas yaitu seluruh rakyat Indonesia.
b.        Pengambilan keputusan
Pemimpin yang baik dalam akhlaknya pun berdampak pada setiap keputusan yang diambilnya. Kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Kepemimpinan mendasar dari pengambilan keputusan ini menuntut beberapa disiplin ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial yang menjadi acuan bagi pengertian yang lebih baik bagaimana keputusan itu dibuat atau seharusnya dibuat. Kita harus sadar bahwa hidup penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak menyadari bahwa setiap keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. Sesuatu yang benar tidak selalu populer dan sesuatu yang populer tidak selalu benar.
Pemimpin sangat membutuhkan kecerdasan emosional dalam pengambilan setiap keputusan. Terutama keputusan – keputusan genting yang dampaknya dirasakan secara nasional, contoh: krisis ekonomi dunia yang membuat suasana tidak kondusif di negara kita pada tahun 2008, ada keputusan-keputusan dari pemimpin kita saat itu yang masih dipersoalkan sampai sekarang, kasus Century yang belum selesai dan terlihat mandek  disebabkan kesalahan pengambilan keputusan, dan diharapkan tidak lagi terjadi di masa yang akan datang.
c.         Mengendalikan konflik
Siklus kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh pertentangan alamiah sebagai ketetapan Tuhan yang tertata sedemikian rupa sehingga melahirkan dinamika bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian merupakan suatu kewajaran bahwa pertentangan selalu ada selama manusia itu ada baik secara individu maupun kelompok. Apalagi kita menyadari betul negara kita dengan bentuk negara yang merupakan kepulauan sehingga memiliki banyak budaya, suku bangsa, agama dan bahasa. Sehingga rentan terjadi konflik internal yang mengancam keutuhandan persatuan NKRI. Karena itu pengendalian konflik merupakan salah satu tugas pemimpin dalam kepemimpinanya.
Keberhasilah pemimpin dinilai dari bagaimana ia mampu mengendalikan dan mengelola konflik. Kegagalan seorang pemimpin dalam mengendalikan dan mengelola konflik akan berimbas pada sesuatu yang merugikan bahkan perpecahan pada kelompok tersebut.  Pemimpin yang baik akan mampu menjadikan konflik sebaga peluang sehingga dapat menimbulkan rasa tenggang rasa, menciptakan kreativitas, dan keterpaduan di kelompok itu sendiri.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Karakter pemimpin yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia di masa kini maupun yang akan datang karena cita-cita negara yang sejahtera sangat erat kaitannya dengan peran dari seorang pemimpin untuk mewujudkannya. Terlepas dari sumber daya manusia sebagai pendukung utama, peran pemimpin memiliki posisi yang sangat penting karena di sini segala kebijakan dan program yang berhubungan dengan rakyat yang menjadi penentu atau pegambil keputusan yang mengatur harkat hidup orang banyak datangnya dari pemimpin.
Dalam organisasi publik atau pemerintahan, posisi pemimpin memiliki peran yang besar sebagai penghubung antara organisasi yang dipimpinya dengan masayarakat yang merasakan langsung dampak dari kebijakan dan program yang dipimpinnya, ia mempunyai pengaruh besar karena pemimpin bukan hanya sebagai penentu kebijakan tapi lebih daripada itu ia sebagai contoh dan tauladan bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karenanya negeri kita ini diharapkan dapat dipimpin oleh sesorang yang bermoral dan pro terhadap rakyat, memang tidak mudah pilihan tidak dapat diberikan secara instan dan hanya karena suka tapi juga harus melihat lebih jauh sepak terjang, masa lalu, dan latar pendidikannya. Sehingga diharapkan Indonesia 5 tahun yang akan datang dipimpin oleh sosok yang baik, yang telah lama dirindukan.  

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi,  PT. RajaGrafindo Persada, 1982
Rifai, Veith, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT RajaGrafindo Persada, 2012
Robiyanto. 2014. Wawancara tentang "Kepemimpinan" di kantin Universitas Bangka Belitung, Kampus Terpadu Balun Ijuk Merawang Bangka, Bangka Belitung.
Zulkifli. (2013). Kepemimpinan Nasional Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa: Dari Pemimpin Pergerakan, Pemimpin Pejuang, Pemimpin Pembangun ke Pemimpin yang     Baik. Fisip Universitas Sriwijaya: Palembang.