Berisi makalah Mata Kuliah Qur'an Hadits, Ulumul Qur'an, Pendidikan Agama Islam, Aqidah Akhlak, Materi & Ushul Fiqh, Psikologi, Ekonomi Syariah, Bahasa Indonesia, Media Pembelajaran, Metode dan Strategi Pembelajaran, Metodologi Penelitian, Desain Pembelajaran dan lainnya. (Dalam beberapa makalah terlihat ada simbol-simbol aneh, itu adalah ayat Al-Qur'an, jika perangkat anda terinstall teks arab, maka ketika di download atau copas ke perangkat anda ayatnya akan muncul).
Monday, November 23, 2015
Friday, October 16, 2015
Makalah Sistem Ekonomi Sosialis
Wednesday, September 16, 2015
Makalah Keraguan dan Konflik Beragama
Sunday, August 30, 2015
Tuesday, July 21, 2015
Tuesday, July 14, 2015
Makalah Baik dan Buruk
Wednesday, May 6, 2015
Monday, April 6, 2015
Makalah Mekanisme Pelaksanaan Administrasi Siswa
UNTUK
MENDOWNLOAD MAKALAH INI, LINK DOWNLOADNYA ADA DI BAGIAN PALING BAWAH, SILAKAN
DI SCROLL TURUN
Wednesday, March 18, 2015
Monday, March 16, 2015
Makalah Tafsir Surat At-Taubah Ayat 122 (Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi)
Saturday, March 14, 2015
Friday, February 27, 2015
Makalah Latar Belakang Munculnya Filsafat
MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Waktu terus berjalan, pendidikan pun terus berkembang bersama hiruk pikuk hidup dan kehidupan insan. Problem-problem pendidikan pun bermunculan begitu cepat secepat cendawan tumbuh di musim hujan. Ilmu pendidikan bertanggungjawab untuk memecahkan problem-problem tersebut, untuk itu tidaklah ringan tanggung jawab yang diembannya karena begitu kompleks problem-problem yang ada di dunia pendidikan. Tak jarang persoalan ilmu pendidikan harus di pecahkan pihak lain. Manakala problem pendidikan memasuki lingkaran yang substansial atau filosofis kiranya ilmu pendidikan menyerahkan garapan itu pada filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab secara filosofis atas pertanyaan filosofis yang muncul dari belahan dunia pendidikan. Ontologi, epistemologi dan aksiologi akan menjadi piranti meneropong belantara yang penuh pohon problem pendidikan, yang terus tumbuh dari waktu ke waktu, dan tak pernah habis, kemudian filsafat pendidikan menatanya rapi dan komprehensip. Lebih dari itu filsafat pendidikan menjadi landasan pemikiran pendidikan yang melahirkan rumusan dasar-dasar atau azas-azas pendidikan. Filsafat pendidikan juga memberi arah perjalanan kemajuan pendidikan dan sekaligus mengoreksi kekurangannya guna mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana sejarah munculnya filsafat?
b) Jelaskan dorongan filsafat Yunani terhadap filsafat pendidikan!
c) Bagaimana perkembangan metodologi filsafat pendidikan?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani kuno, philos artinya cinta dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold titus, dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Menurut istilah, filsafat atau falsafah mempunyai banyak pengertian. Menurut socrates, filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh atau berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Berfilsafat adalah berfikir radikal atau berfikir sampai radik-nya (akarnya) menyeluruh dan mendasar hal yang sekecil-kecilnya pun tidak akan luput dari pengamatan kefilsafatan. Pernyataan apapun dan betapa pun sederhananya tidak diterima begitu saja oleh filsafat tanpa pengujian yang seksama.
Muhammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat dari dua sisi. Pertama, filsafat sebagai aktivitas berfikir murni, atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam mengenai segala sesuatu. Pengertian filsafat disini ialah berfilsafat. Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berfikir murni. Jadi merupakan suatu wujud ilmu sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan berfilsafat, sehingga merupakan suatu bentuk perbendaharaan yang terorganisasi, memiliki sistematika tertentu filsafat juga diartikan satu bentuk ajaran tentang sesuatu atau tentang segala sesuatu sebagai satu ideology.
Filsafat adalah cinta akan kebajikan. Barang siapa mempelajari filsafat diharapkan dapat mengetahui adanya mutiara-mutiara yang cemerlang dan mengunakan mereka sebagai pedoman dan pegangan untuk hidup bijaksana. Menurut Harold titus, dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala sesuatu.
Filasafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana. Perubahan dalam suatu masyarakat. Baik, perubahan dalam adat dan kebiasaan serta sejarah biasanya dimulai dengan adanya sekelompok orang yang yakin akan suatu nilai ideal atau yang tertarik oleh pandangan hidup yang lain.
Dengan demikian, pemikiran filosofis berbeda dengan pemikiran yang lain. Pemikiran yang bersifat filosofis setidak-nya memiliki ciri-ciri yang jelas antara lain, tertuju pada upaya untuk mengadakan pemeriksaan dan penemuan. Disamping itu, berfikir filosofis adalah berfikir radikal dan menggunakan kemampuan yang optimal dari akal budi manusia.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. Sejarah Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yangmenentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang, misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Dalam bukunya “Alam Pikiran Yunani” Hatta (Tafsir, 2002: 13) menjelaskan bahwa hal yang mendorong timbulnya filsafat adalah dua hal. Pertama, dongeng dan takhayul yang dimiliki suatu masyarakat atau suatu bangsa. Di antara masyarakat tersebut ada saja orang-orang yang tidak percaya begitu saja. Kemudian ia kritis dan ingin mengetahui kebenaran dongeng tersebut lalu dari situ muncullah filsafat. Kedua, keindahan alam yang besar, terutama ketika malam hari. Hal tersebut menyebabkan keingin tahuan orang-orang Yunani untuk mengetahui rahasia alam tersebut. Keinginan untuk mengetahui rahasia alam berupa pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya menimbulkan filsafat juga.
3. Dorongan Sejarah Filsafat Yunani Terhadap Filsafat Pendidikan
Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dimulai dari mitologi yang berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang menurut penciptanya sama sekali bukan mitps melainkan cara berfikir empiris, logis, dan realistis.
Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Kemarahan alam dengan berbagai peristiwa yang membingungkan masyarakat, seperti gunung meletus, bencana banjir, dan sebagainya yang menewaskan ribuan manusia. Karena belum tersentuh oleh pengetahuan dan penemuan ilmiah hanya dapat di jawab oleh Sistem berfikir masyarakat yang kemudian disebut dengan mitos.
Yunani memiliki kesusastraan yang sangat tinggi mulai personifikasi dan legenda, dongeng-dongeng, dan teka teki kehidupan. Karya puitis Homerus yang berjudul Illias da Oddeysea menduduki tempat yang istimewa dalam kesusastraan Yunani dan dapat disebut sebagai kesusastraan didunia. Peranan kesusastraan yang dibuat Homerus bahkan dapat diibaratkan seperti wayang dipulau Jawa yang mempunyai pengaruh luar biasa dalam pendidikan masyarakat. Sampai sekarang, cerita-cerita yang dikembangkan dalam dongeng-dongeng tersebut masih memengaruhi seni dan peradaban yang diidamkan oleh sebuah negeri besar dan maju, seperti Jerman dengan konsep Nazi-nya dan Amerika Serikat dengan ambisi sebagai polisi dunianya. Secara tidak disadari, keinginan dua negeri ini, didasari oleh sebuah impian Homerus yang menginginkan Negara kota (polis) untuk dipimpin oleh sebuah garda beradab.
Cecep Sumarna menjelaskan, secara geografis, Yunani berdekatan dengan daerah Timur Kuno (Cina) dan babylonia (Mesir). Didaerah-daerah tersebut, ilmu pengetahuan sudah berkembang meskipun masih terbatas diwilayah tempat pusat perkembangan peradaban daerah tersebut. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timur Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dengan demikian, melalui filsuf Yunani terjadi pergeseran-pergeseran dan ilmu tidak lagi hanya milik sebuah komunitas, tetapi ia dapat diakses dan dikembangkan oleh siapapun yang menghendakinya. Bertens menyebut aspek mite jauh lebih penting dan lebih besar pengaruhnya atas lahirnya sejumlah filsuf dan karya filosofis di Yunani dibandingkan dengan dua faktor lainnya. Bahkan bisa jadi semakin banyak mite dalam suatu Negara atau suatu komunitas masyarakat, semakin besar pula kecenderungan suatu Negara atau kemunitas masyarakat tersebut melahirkan sejumlah filsuf dan karya filosofis. Legenda atau mitos diperlukan untuk menunjang Sistem nilai hidup manusia. Mite dapat member kejelasan tentang eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar. Bahkan, mite dapat member kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antara sessama manusia, dan hubungan antara manusia dengan wujud yang maha tinggi.
4. Perkembangan Metodologi Filsafat Pendidikan
a) Metode Studi dalam Filsafat Pendidikan
Manusia dalam mempelajari sesuatu tentulah memerlukan metode agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pula Filsafat Pendidikan dalam studinya menggunakan metode: a) metode rasionalistik, b) metode empirik, c) metode intuisi, d) metode reflektif, e) metode historis, dan f) metode analisis sintetis (Arifin, 2000:19-23), serta hermeneutika.
1) Rasionalistik
Rasionalistik, suatu paham yang mengedepankan rasio. Sehingga paham ini dalam menganalisis fenomena (alam) berpegang pada kemampuan akal pikiran belaka. Adapun langkah-langkah berpikir rasionalitik sbb: 1). Tidak menerima begitu saja atas sesuatu yang belum diakui kebenarannya; 2). Menganalisis dan mengklasifikasi secara teliti; 3). Diawali sasaran yang paling sederhana dan mudah menuju yang kompleks; 4). Tiap masalah dibuat uraian yang sempurna dan dilakukan pengkajian kembali secara umum. Lankah-langkah tersebut dapat dipahmi bahwa untuk mengambil suatu kesimpulan memerlukan analisis secara teliti dan seksama, dan pengkajian ulang sehingga kecil kemungkinan terjadi bias.
2) Empirik
Metode ini dalam menganalisis fenomena-fenomena yang ada berdasarkan pengalaman, observasi dan penelitian/eksperimen. Pengalaman menjadi sesuatu yang utama, baik yang dihasilkan melalui observasi, penelitian atau ekperimen. Rasio menjadi pendukungnya dari pengalaman. Metode ini dikedepankan dalam dunia ilmu pengetahuan yang dapat diuji kembali kebenerannya di lain waktu.
3) Intuisi
Intuisi memiliki kadar lebih tinggi dibanding intelek. Namun intuisi ini sulit untuk dibuktikann secara empirik, sulit pula diukur. Sehingga sering disingkirkan sebagai metode berpikir khususnya di dunia ilmu pengetahuan.
4) Reflektif
Reflektif: suatu cara berfikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang dihadapkan kepadanya untuk dipecahkan. Problem-problem yang ada menjadi titik berangkat pemikirannya, tanpa adanya problem-problem aktifitas refleksi pun sulit dilakukan. Berdasar problem-problem yang dihadapi akan melahirkan hasil pemecahannya. Perjalanan roda pendidikan selalu dihadapkan problem-problem yang terus meneruak muncul karena pendidikan suatu yang terus berkembang. Dan problem yang besar tidak lain adalah kenyataan.
5) Historis
Metode ini pada problem-problem tertentu dapat digunakan utuk mengatasi problem yang dihadapi secara wajar. Biasanya metode ini diawali dari suatu tesis kemudian anti tesis, selanjutnya melahirkan sintesis.
6) Analitik-Sintetik
Suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran, dan pemikirannya secara induktif dan deduktif serta analisa ilmiah.
Pemikiran induktif: cara berpikir yang berdasar fakta-fakta yang bersifat khusus terlebih dahulu dipakai untuk penarikan yang bersifat umum. Sedang deduktif: cara berpikir dengan menggunakan premise-premis dari fakta yang bersifat umum menuju ke arah yang bersifat khusus sebagai kesimpulannya. Pemikiran induktif dan deduktif dapat digunakan dengan silih berganti, tergantung pada kesukaan dan kecenderungan pola pikir penggunanya.
Contoh pemikiran Induktif:
Buku 1 besar dan tebal adalah mahal
Buku 2 besar dan tebal adalah mahal
Konklusi : semua buku besar dan tebal adalah mahal.
Contoh pemikiran Deduktif,
Premis mayor: Semua buku besar dan tebal adalah mahal
Premis minor : Buku 3 adalah besar dan tebal
Konklusi : buku 3 adalah mahal
Sementara Analitik-sintetik: Mengurai sasaran-sasaran pemikiran filosofis sampai unsur sekecil-kecilnya, kemudian memadukan kembali unsur-unsur sebagai kesimpulan hasil studi. Pemikiran analitik sintetik ini merupakan hasil paduan unsur-unsur baik yang dilakukan secara analitik maupun sintetik.
7) Analisis Bahasa dan Analisis Konsep
Analisis bahasa, usaha untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu atau usaha untuk mengadakan interpretasi pendapat atau pendapat mengenai makna yang dimiliknya. Analisis konsep, Analisis kata-kata atau istilah-istilah yang menjadi kunci pokok yang mewakili suatu gagasan atau konsep. Analisis bahasa itu memberi interpretasi dari sesuatu pendapat, sedang analisis konsep mengurai kata kunci yang menjadi sample konsep.
8) Hermeneutika
Selain metode tersebut di atas, hermeneutika (takwil) dapat menjadi metode pemikiran dalam studi filsafat pendidikan karena melalui hermeneutika ini memungkinkan pengetahuan yang mendasar dapat diperoleh. Pengikut hermeneutika dalam mempelajari perilaku manusia mecari perspektif yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang paling mendasar. Takwil bukan sekedar teknik penelitian atau alat pengetahuan atau jalan menuju kebenaran, melainkan takwil adalah bidang pemahaman yang memungkinkan untuk mengkaji wujud secara baru dan memungkinkan untuk mendefinisikan kembali tentang sesuatu (Alwasilah, 2008:125,127). Hermeneutik suatu alat atau metode pengkajian untuk mendapatkan pemahaman pengetahuan atau kebenaran.
Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bisa.
Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bisa.
b. Pendekatan Filsafat Pendidikan
Pendekatan filsafat pendidikan dalam melakukan studinya, yaitu: 1) ajaran filsafat/aliran filsafat tertentu, dan 2) Pendidikan. Filsafat pendidikan dalam melakukan studinya akan merujuk pada ajaran filsafat, dan pendidikan. Untuk paham filsafat di antarnya seperti idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme dan fenomenologi, sedang ajaran pendidikan seperti nativisme, empirisme dan konfergensi.
5. Peranan Filsafat Pendidikan
a) Peranan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
Metafisika
Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak (dalam hal ini peserta didik). Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak yang menjadi peserta didiknya. Hakekat manusia yang perlu dipahami dalam hal ini adalah: (a) Manusia adalah makhluk jasmani rohani, (b) Manusia adalah makhluk individual sosial, (c) Manusia adalah makhluk yang bebas, (d) Manusia adalah makhluk yang bersejarah.
b) Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi lainnya? dan akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?.
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat/media yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan masing-masing guru, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat/media yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan masing-masing guru, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Guru tidak hanya perlu mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
c) Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang bener-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik?.
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan masalah pendidikan.
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:
a) Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran.
Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
b) Keyakinan mengenai siswa akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa siswa yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
c) Keyakinan mengenai pengetahuan berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
d) Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui, guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
6. Filsafat dalam Pendidikan dan Manfaatnya
Secara sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian sistem pendidikan nasional.
Sebagaimana telah disampaikan di atas, eksistensi suatu bangsa adalah eksistensi dan ideologi atau filsafat hidupnya, maka demi kelansungan eksistensi itu ialah dengan mewariskan nilai-nilai ideologi itu kepada generasi selanjutnya. Adalah realita bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya melalui pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipil untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis nasional bangsa itu, baru sesudah itu untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan lain.
Pendidikan sebagai suatu usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budayanya. Sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata. Pendidikan secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapaian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan martabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Sedangkan filsafat pendidikan sesuai peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Adapun hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan dapat diuraikan:
a) Analisis filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
b) Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan ahlinya dapat mempunyai relavansi dengan kehidupan nyata.
c) Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam.
Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dari para pembaca sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogjakarta: Teras.
Thursday, February 5, 2015
Makalah Pendidikan Islam dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wednesday, January 14, 2015
Makalah Agama Islam dan Hubungannya dengan Agama-Agama Lain
Saturday, January 10, 2015
Wednesday, January 7, 2015
Makalah Ahli Waris (dari Golongan Laki-Laki dan Perempuan)
Subscribe to:
Posts (Atom)