Translate

Monday, December 8, 2014

Makalah Pengertian, Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat Pendidikan

MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN


A.           PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya.

2.        Rumusan Masalah
a)         Apa pengertian filsafat pendidikan?
b)        Jelaskan mengenai ruang lingkup filsafat pendidikan!
c)         Apa yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan?

3.        Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan, tujuan lainnya adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang filsafat pendidikan.

B.            PEMBAHASAN
1.        Pengertian
a.         Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani kuno, philos artinya cinta dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold titus, dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Menurut istilah, filsafat atau falsafah mempunyai banyak pengertian. Menurut socrates, filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh atau berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.  Berfilsafat adalah berfikir radikal atau berfikir sampai radik-nya (akarnya) menyeluruh dan mendasar hal yang sekecil-kecilnya pun tidak akan luput dari pengamatan kefilsafatan. Pernyataan apapun dan betapa pun sederhananya tidak diterima begitu saja oleh filsafat tanpa pengujian yang seksama.
Muhammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat dari dua sisi. Pertama, filsafat sebagai aktivitas berfikir murni, atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam mengenai segala sesuatu. Pengertian filsafat disini ialah berfilsafat. Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berfikir murni. Jadi merupakan suatu wujud ilmu sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan berfilsafat, sehingga merupakan suatu bentuk perbendaharaan yang terorganisasi, memiliki sistematika tertentu filsafat juga diartikan satu bentuk ajaran tentang sesuatu atau tentang segala sesuatu sebagai satu ideology.
Filsafat adalah cinta akan kebajikan.  Barang siapa mempelajari filsafat diharapkan dapat mengetahui adanya mutiara-mutiara yang cemerlang dan mengunakan mereka sebagai pedoman dan pegangan untuk hidup bijaksana. Menurut Harold titus, dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala sesuatu.
Filasafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.  Perubahan dalam suatu masyarakat. Baik, perubahan dalam adat dan kebiasaan serta sejarah biasanya dimulai dengan adanya sekelompok orang yang yakin akan suatu nilai ideal atau yang tertarik oleh pandangan hidup yang lain.
Dengan demikian, pemikiran filosofis berbeda dengan pemikiran yang lain. Pemikiran yang bersifat filosofis setidak-nya memiliki ciri-ciri yang jelas antara lain, tertuju pada upaya untuk mengadakan pemeriksaan dan penemuan. Disamping itu, berfikir filosofis adalah berfikir radikal dan menggunakan kemampuan yang optimal dari akal budi manusia.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
b.        Filsafat Pendidikan
Eksistensi suatu bangsa adalah eksis dengan ideologi atau filsafat hidupnya, maka demi kelangsungan eksistensi itu dilakukan pewarisan nilai ideologi itu kepada generasi selanjutnya. Jalan yang efektif untuk itu hanya melalui pendidikan, kesadaran moral dan sikap mental yang menjadi kriteria manusia ideal dalam sistem nilai suatu bangsa bersumber pada ajaran filsafat yang dianut. Untuk menjamin supaya pendidikan itu benar dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.
Menurut Hasan Langgulung, filsafat pendidikan merupakan teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat seorang pendidik dari pengalaman-pengalaman dan pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemerahan mengenai masalah pendidikan.
Pendidikan adalah pelaksanaan dari ide filsafat. Ide filsafat yang memberi kepastian bagi nilai peranan pendidikan. Seorang filsuf Amerika, Jhon Deway mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pikiran mengenai pendidikan.
Filsafat pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan yang memiliki tugas untuk membawa para pelajar pada situasi ketika mereka secara cerdas menilai tujuan-tujuan akhir alternatif, mengaitkan dengaan tujuan-tujuan yang diinginkan, dan menyeleksi metode-metode pengajaran sesuai dengan tujuan. Secara holistik, tugas filsafat pendidikan itu membantu para pendidik berpikir secara bermakna tentang totalitas pendidikan dan proses hidup sehingga mereka selalu berada dalam posisi yang tepat dan dapat mengembangkan program yang konsisten serta menyeluruh sehingga para pelajar mampu menjadi diri manusia yang berkualitas.
Filsafat pendidikan adalah ilmu filsafat yang mengambil objek kajian tentang pendidikan. Filsafat dikatakan sebagai induk atau ibu dari ilmu-ilmu karena filsafat menguji ilmu-ilmu yang ada di bawahnya. Demikian juga dengan pendidikan, pendidikan adalah ilmu yang lahir dari rahim filsafat, pendidikan bukanlah suatu hal yang baru sehingga dapat diklaim sebagai temuan manusia modern, tetapi pendidikan adalah sesuatu yang sudah lama ada bahkan setua usia filsafat karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat terapan dimana cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan sebagai materi kajiannya.

2.        Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat Pendidikan
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
a)         Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
b)        Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
c)         Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
d)        Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a.         Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b.         Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi:
a.         Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education).
b.         Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c.         Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d.        Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e.         Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f.          Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

C.           PENUTUP
1.        Kesimpulan
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani kuno, philos artinya cinta dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Berfilsafat adalah berfikir radikal atau berfikir sampai radik-nya (akarnya) menyeluruh dan mendasar hal yang sekecil-kecilnya pun tidak akan luput dari pengamatan kefilsafatan.
Menjadi ruang lingkup atau obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

2.        Saran
Karena kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka saran dan petunjuk dari pihak-pihak yang berkompeten.


DAFTAR PUSTAKA

Fajriyahmy. 2011. Filsafat Pendidikan. dari http://fajriyahmy.blogspot.com apa tanggal 27 September 2014 pukul 19:07 Wib.
Anshar. 2013. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan. dari http://anshar-mtk.blogspot.com pada tanggal 27 September 2014 pukul 19:01 Wib.
Natha Mochi. 2012. Kajian Filsafat Pendidikan. dari http://thatha-mochi.blogspot.com pada tanggal 27 September 2014 pukul 18:37 Wib.

Fauzi, Mudakir. 2009. Pengertian, Obyek Kajian, Fungsi Dan Tugas Filsafat Pendidikan. dari dakir.wordpress.com pada tanggal 27 September 2014 pukul 18:46 Wib.


2 comments: