Berisi makalah Mata Kuliah Qur'an Hadits, Ulumul Qur'an, Pendidikan Agama Islam, Aqidah Akhlak, Materi & Ushul Fiqh, Psikologi, Ekonomi Syariah, Bahasa Indonesia, Media Pembelajaran, Metode dan Strategi Pembelajaran, Metodologi Penelitian, Desain Pembelajaran dan lainnya. (Dalam beberapa makalah terlihat ada simbol-simbol aneh, itu adalah ayat Al-Qur'an, jika perangkat anda terinstall teks arab, maka ketika di download atau copas ke perangkat anda ayatnya akan muncul).
Monday, March 19, 2018
Sunday, March 18, 2018
Thursday, March 15, 2018
Wednesday, March 14, 2018
Tuesday, March 13, 2018
Makalah Analisis Pengelolaan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sekolah adalah tempat belajar bagi
siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah
membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi
belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pelajaran.
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi
dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan
secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan
siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa,
mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh
kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan
mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera,
mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan
permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola
kelas.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan
pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas.
Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak
sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting.
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas
demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut
secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang
kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan
guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian pengelolaan kelas?
2.
Apa
urgensi pengelolaan kelas?
3.
Apa
ruang lingkup pengelolaan kelas?
4.
Apa
tujuan pengelolaan kelas?
5.
Bagaimana
prinsip-prinsip pengelolaan kelas?
6.
Bagaimana
indikator pengelolaan kelas yang baik?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
2. Untuk mengetahui pentingnya pengelolaan kelas.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pengelolaan kelas.
4. Untuk mengetahui tujuan pengelolaan kelas.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
6. Untuk mengetahui indikator pengelolaan kelas yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi
dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegagalan seorang guru
mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru
mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid
rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan
mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan
kata lain, ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan.
Pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani
adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan, penghentian
tigkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas, dan sebagainya).
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono,
bahwa pengelolaan kelas adalah suatu rangkaian tingkah laku yang kompleks, di
mana guru dituntut untuk mengembangkan dan mengatur kondisi kelas yang akan
memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar yang efisien.
Dengan demikian, pengelolaan kelas
adalah merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Kemudian dalam
pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan
berbagai kegiatan yang tidak ada hubungnya dengan kegiatan belajar mengajar,
atau suatu kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.
B.
Pentingnya
Pengelolaan Kelas
Pendidikan merupakan kunci dari masa
depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Oleh sebab itu, manusia
dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Pendidikan mempunyai peranan penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena
pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang
sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang
berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Dalam pendidikan Indonesia yang
berasaskan pendidikan seumur hidup, semua materi pelajaran harus diprogramkan
secara sistematis dan berencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian bangsa, membina kewarganegaraan, serta memelihara dan
mengembangkan budaya bangsa.
Kelas, merupakan suatu lingkungan
belajar yang diciptakan berdasarkan kesadaran kolektif dari suatu komunitas
siswa yang relatif memiliki tujuan yang sama. Kesamaan tujuan merupakan
kekuatan potensial pengelolaan kelas dan aktualitasnya adalah proses
pembelajaran yang akseptabel (acceptable).
Guru, berperan sebagai pengelola proses
belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan
kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan
yang harus mereka capai.
Proses belajar-mengajar dalam kelas
hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah yang bersangkutan
akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut:
1. Guru sebagai
pendidik
2. Murid sebagai yang
dididik
3. Alat-alat yang
dipakai
4. Situasi dalam dan
lingkungan kelas
5. Kelas itu sendiri
6. Dan hal lainnya
yang sewaktu-waktu terjadi.
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik dan sungguh-sungguh. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan
semangat belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan
guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan
pengorganisasian kelas yang memadai.
C.
Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola
kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah
yang perlu diorganisasi. Lingkungan yang baik ialah bersifat menantang dan
memacu siswa untuk belajar, memberikan rasa ramah dan kepuasan dalam mencapai
tujuan.
Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai
pendekatan pengelolaan kelas dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian
dianalisis, diharapkan agar guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar
secara lebih baik.
Pengelolaan kelas lebih lanjut, bukan hanya mencangkup kemampuan guru
menciptakan dan mengendalikan keadaan kelas yang tertib, aman dan tenang,
melainkan mencangkup pula kegiatan perencanaan pengadministrasian, pengaturan,
penataan, pelaksanan, dan pengawasan terhadap seluruh kelas yang terdapat
seluruh kelas yang terdapat dalam lingkungan lembaga pendidikan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, penggunaannya dan lain sebagainya.
D.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru
dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan
proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional
mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif guna menunjang
proses pembelajaran
Menurut Usman pengelolaan kelas
mempunyai dua tujuan yaitu:
1. Tujuan umum
pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sedangkan Suharsimi Arikunto
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai indikator dari sebuah kelas yang
tertib adalah apabila:
1. Setiap anak terus
bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu
akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
kepadanya.
2. Setiap anak terus
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja
secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada
anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya
kurang semangat dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak
tertib.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan, dan memelihara
kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja
dengan baik.
E.
Prinsip–prinsip Pengelolaan Kelas
Menurut Djamarah dan Uzer Usman,
prinsip pengelolaan kelas itu mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Hangat dan
Antusias
Guru harus menunjukkan sikap hangat dan
antusias saat mengajar, apalagi ketika berhubungan dengan siswa. Kehangantan
dan keantusiasan siswa yang diperhatikan oleh guru akan mendatangkan
keberhasilan dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau
cara belajar yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
3. Bervariasi
Kemampuan guru dalam menerapkan
keterampilan mengadakan variasi dalam mengajar juga merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mencapain pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Guru yang luwes dn tidak ragu dalam
menerapkan strategi pembelajaran juga salah satu prinsip pengelolaan
pembelajaran yang baik.
5. Penekanan pada hal
yang positif
Penguatan positif lebih diutamakan dari
pada penguatan negetif.
6. Penanaman Disiplin
Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas
agar siswa dapat mengembangkan disiplin diri.
Thomas Gardon mengatakan bahwa hubungan
guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat atau
prinsip-pinsip sebagai berikut :
1. Keterbukaan,
sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu
sama lain.
2. Tanggap bilamana
seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
3. Saling
ketergantungan antara satu dengan yang lain.
4. Kebebasan, yang
memperbolehkan setiap orang tumbuh dan berkembang mengembangkan keunikannya,
kreatifitasnya dan kepribadiannya.
5. Saling memenuhi
kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.
F.
Indikator Pengelolaan kelas yang Baik
Pengelolaan kelas dapat dikatakan sudah
baik apabila:
1. Kondisi belajar
yang optimal, kondisi belajar yang nyaman, tenang, sejuk sehingga sangat
membantu perhatian siswa pada materi pelajaran.
2. Menunjukkan sikap
tanggap, perilaku positif atau negatif yang muncul di dalam kelas harus dapat
disikapi dengan baik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Memusatkan
perhatian kelompok, dengan memusatkan perhatian secara terus menerus terhadap
siswa dapat mempertahankan konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidak pahaman
siswa terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
4. Memberikan
petunjuk dan tujuan yang jelas, sering terjadi kurangnya konsentrasi siswa
disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah dan sasaran yang akan
dicapai.
5. Memberikan teguran
dan penguatan, teguran diberikan untuk mengarahkan tingkah laku siswa, dan
penguat perlu dilakukan untuk memberikan respon positif dengan cara memberikan
pujian dan penghargaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam proses belajar-mengajar, seorang
guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan untuk diberikan kepada
murid-muridnya. Tetapi guru dituntut juga untuk memiliki kemampuan untuk memanage
atau mengelola kelas baik secara fisik maupun kelas dalam artian siswa di
kelas, ketika guru dapat mengelola kelas, maka akan tercipta suasana kelas yang
kondusif sehingga mendukung kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas adalah merupakan
kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Kemudian dalam pengelolaan kelas ini
termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan berbagai kegiatan yang
tidak ada hubungnya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu kegiatan yang
mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.
Pengelolaan kelas dapat menciptakan,
dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar
dan bekerja dengan baik. Sehingga berdampak terhadap peningkatan prestasi siswa
dalam belajar.
B.
Saran
Setelah membaca uraian di atas, mungkin akan timbul
pemikiran dalam benak pembaca bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami menyatakan bahwa apabila terdapat kekurangan dan kejanggalan
dalam makalah ini, kami mohon saran agar dapat kami perbaiki.
Wednesday, March 7, 2018
Monday, March 5, 2018
Makalah Kewibawaan dalam Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bukan sekedar mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai dan budaya serta didik. Dengan kata lain, pendidikan adalah membangun budaya, membangun peradaban, membangun masa depan bangsa. Karena itu, untuk meningkatkan harkat dan martabat sebuah bangsa pada era global ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan meningkatkan kualitas pendidikan maka akan tercipta kesatuan utuh dalam rencana dan gerak langkah pembangunan bangsa di masa depan. Sebab, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Kualitas pendidikan mesti bersandar pada segenap aspek yang terdapat dalam diri manusia atau warga negara. Dan yang penting disadari ialah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses, sesuatu yang terus diperjuangkan perbaikan dan kemajuannya. Meminjam ungkapan Mendiknas, pendidikan Indonesia adalah sebuah proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, yang setidaknya akan termanifestasikan dalam tiga hal, penguasaan iptek (ilmu pengetahuan dan ).
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kewibawaan?
b. Apa pengertian pendidikan Islam?
c. Jelaskan mengenai kewibawaan dalam pendidikan Islam!
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam-II. Selain itu juga dapat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang pendidikan Islam.
Lihat makalah lainnya: Makalah Konseling Sebagai Hubungan Membantu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kewibawaan
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang “perkataannya” mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang itu. (Tim Prima Pena: 2006=147).
Gezag atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua. Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua atau keluarga mendapat hak untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut, karena terikat oleh kewajiban. Hak dan kewajiban yang ada pada orang tua itu keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Untuk jelasnya dapat penulis kemukakan contoh dibawah ini.
Pada suatu sekolah ada seorang guru yang bernama Bapak Budi yang sangat disegani oleh murid-muridnya. Mereka (murid-murid) sangat takut dan patuh kepadanya. Setiap harinya, sebelum Pak Budi masuk ke dalam kelas, murid-murid sudah duduk dengan tenang dan tertib menantikan Pak Budi itu mengajar. Semua perintah dan larangannya serta nasihatnya yang diberikan kepada murid-muridnya, diturut dan dipatuhi oleh anak-anaknya. Anak-anak hormat kepadanya.
Lihat makalah lainnya: Makalah Kegunaan Mempelajari Berbagai Metode dan Strategi Pembelajaran di Sekolah dan di Madrasah
Sebaliknya dengan Bapak Salim yang ada di sekolah itu. Ia kurang disegani anak-anak muridnya. Setiap pak Salim mengajar, anak-anak ada saja yang selalu membuat ribut dalam kelas, sehingga kelas menjadi ribut. Peringatan-peringatan dan nasihat-nasihat yang diberikannya tidak atau kurang dihiraukannya oleh murid-muridnya. Anak-anak tidak merasa segan atau patuh kepadanya. Perintah-perintah atau tugas-tugas yang diberikannya, sering kalau tidak dikerjakan oleh murid-muridnya. Karena itu pak Salim seringkali marah dan menghukum anak dalam kelas. Tetapi anak itu bukan semakin patuh atau menurut kepadanya, bahkan sebaliknya. Anak-anak mau mengerjakan apa yang diperintahkannya karena mereka takut; jadi bukan karena insaf atau percaya kepadanya.
Dari contoh di atas dapat kita mengatakan, bahwa Bapak Budi lebih berwibawa, lebih mempunyai kewibawaan atau gezag daripada Bapak Salim. Anak-anak lebih patuh dan lebih segan terhadap Bapak Budi. Segala sesuatu yang diperintahkan atau dinasihatkan ataupun diperingatkan oleh Bapak Budi, lebih meresap dan lebih mudah serta dengan senang menjalankan daripada Bapak Salim. Atau dengan kata lain: pengaruh yang ditimbulkan oleh Bapak Budi lebih dipatuhi oleh anak-anak.
2.2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.
Lihat makalah lainnya: Makalah Kemajuan Ilmu pada Zaman Renaisans dan Modern
Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikanbahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.
2.3. Kewibawaan dalam Pendidikan
a. Macam-Macam Kewibawaan
Ditinjau dari daya mempengaruhi seseorang, kewibawaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kewibawaan lahir;
Kewibawaan lahir merupakan kewibawaan yang nampak dan terlihat pada diri seorang pendidik atau seorang guru. Kewibawaan lahir bisa nampak dari cara berpakaiannya, cara berbicaranya dan dari cara dia bertindak. Kewibawaan lahir ini bisa diraih dengan cara pembentukan fisik dan gerak yang kharismatik ketika berhadapan dengan peserta didik.
2. Kewibawaan Batin;
Kewibawaan bathin merupakan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru atau pendidik yang tak nampak atau tidak terlihat, namun ketika ia hadir maka setiap siswa dapat merasakan bahwa ia adalah sosok yang mengagumkan dan sosok yang patut untuk dipatuhi perintahnya, harus didengarkan setiap perkataanya dan harus senantias menaruh hormat kepadanya. Meskipun pendidik tak melakukan atau berbicara apapun, namun karena kewibawaan yang terpancar dari dalam dirinya maka ia akan senantiasa dihormati oleh peserta didik atau muridnya.
Lihat makalah lainnya: Makalah Teori Belajar Menurut Pandangan Gestalt
Kewibawaan bathin ini bisa didapatkan dengan senantiasa mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri kita atau dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Imam Al-Ghazali pernah berkata jika manusia ingin disebut sebagai manusia yang sesungguhnya maka ia harus senantiasa memperkuat ruhnya dengan amalan-amalan ukhrowi, karena ruh adalah sumber kebahagiaan, ruh adalah pemancar ketenangan dan harapan dan ruh ialah sumber dari kekuatan. Maka, untuk mengoptimalkan potensi ruhaniah yang ada pada diri kita hendaknya seorang pendidik haris senantiasa berdo’a dan mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya, teruatama saat mendidik.
b. Membentuk dan Mempertahankan Kewibawaan
Wibawa adalah pengaruh yang baik secara abadi dari seseorang kepada orang lain yang tercermin pada pribadi dan perilaku kehidupannya. Wibawa menumbuhkan ketaatan dengan kesadaran, pengertian, dan persetujuan. Wibawa guru penting untuk memudahkan memberi pengaruh dalam penularan atau penyampaian pembelajaran. Selain itu, wibawa guru akan cenderung menyadari keberhasilan kerjanya. Wibawa guru menunjukkan pengakuan martabat dirinya yang tidak perlu dukungan dari orang lain. Seperti dengan cara intimidasi atau memberikan tekanan pada siswanya.
Oleh karena itu, guru yang berwibawa akan memberikan pendidikan dengan layanan prima dan tanpa pamrih. Siswa akan dididik dengan tulus agar dapat menjalani hidup yang sukses. Perilaku guru pun menunjukkan pribadi yang jujur, adil, taat asas, tulus, dan bijaksana. Sebaliknya, guru yang melakukan pendidikan dengan penekanan cenderung bersifat indoktrinasi yang dipandang bukan pendidikan lagi. Dengan demikian, siswa tidak dididik untuk memiliki kemandirian yang bebas, etis, dan bertanggung jawab sendiri.
Lihat makalah lainnya: Makalah Isu-Isu Aktual Kependidikan
Fungsi dan tanggung jawab mendidik dalam masyarakat merupakan kewajiban setap warga masyarakat. Setiap warga masyarakat sadar akan nilai dan peranan pendidikan bagi generasi muda, khususnya anak-anak dalam lingkungan keluarga sendiri. Secara kodrati, apa pun namanya, tiap orangtua merasa berkepentinagn dan berharap supaya anak-anaknya menjadi manusia yang mampu berdiri sendiri. Oleh karena itu, kewajiban mendidik ini merupakan panggilan sebagai moral tiap manusia.
Yang jelas, kaum professional ialah mereka yang telah menempuh pendidikan relative cukup lama dan mengalami latihan-latihan khusus. Oleh karena itulah, dalam pendidikan seorang guru harus mempunyai asas-asas umum yang universal yang dapat dipandang sebagai prinsip umum, seperti:
1. Melakukan kewajiban dasar good will atau itikad baik, dengan kesadaran pengabdian;
2. Memperlakukan siapapun, anak didik sebagai satu pribadi yang sama dengan pribadinya sendiri;
3. Menghormati perasaan setiap orang;
4. Selalu berusaha menyumbangkan ide-ide, konsepsi-konsepsi dan karya-karya (ilmiah) demi kemajuan bidang kewajibannya.
5. Akan menerima haknya semata-mata sebagai suatu kehormatan.
Dan untuk menjadi seorang pendidik (guru) yang professional dan berwibaawa setidaknya ada beberapa persyaratan yang harus dimilki oleh seorang pendidik, baik itu dilihat dari aspek pribadi serta menjalin hubungan (relationship) dengan peserta didiknya. Diantara syarat-syarat tersebut ialah :
1. Berkaitan dengan diri seorang pendidik (guru) :
2. Sehat jasmani dan rohani;
3. Bertaqwa dan memiliki kecerdasan sosial;
4. Memiliki kecerdasan interlektual dan berpengetahuan luas;
5. Ikhlas;
6. Mempunyai orientasi yang jelas; dan
7. Menguasai bidang yang ditekuni.
8. Berkaitan dengan Sikap guru terhadap peserta didik:
9. Berlaku adil, tidak pilih kasih;
10. Mampu menjadi suri tauladan;
11. Bijaksana terhadap murid;
12. Memiliki kesabaran;
13. Tidak mudah marah dan mampu mengontrol emosi;
14. Mampu memberikan motivasi;
15. Menegur dengan bijak;
16. Memerintah dengan cara yang menyenangkan; dan
17. Mampu merangsang murid berkreasi.
Seorang pendidik yang berwibawa harus banyak melakukan terobosan untuk merangsang dan membangkitkan kreativitas muridnya. Karena peserta didik ibarat kertas putih, ia harus dibiarkan tumbuh apa adanya. Seorang pendidik tidak boleh mengintervensi kesucian hidupnya, tugas pendidik adalah membimbing kejalan yang benar bila ia terlihat melenceng dari jalan kebenaran. Seperti tanaman yang tumbuh degnan subur apabila disirami dan diberi wahana yang cocok, kreativitaspun demikian adanya.
c. Kewibawaan dan Anak Didik
Perkembangan dan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan. Dimana hal ini merupakan syarat tekhnik pergaulan yang juga merupakan ’prototype kewibawaan dalam berbagai lingkungan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepda anak didik mempunyai dua arti, yaitu :
1. Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik.
2. Bahwa kepercayaan itu adalah suatu sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang.
Kepercayaan itu memberikian dorongan kepada anak didik agar ia berani dan penuh keyakinan serta keinginan berusaha supaya menjadi dewasa. Kedewasaan dapat dikatakan akhir masa pendidikan, dalam arti apabila manusia itu telah dianggap menjalankan kewibawaan atas diri dan segala sesuatu yang dipercaya dan disamping itu tetap mengakui dan patuh pada kewibawaan yaang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu. terikat oleh kewajiban. Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Allah sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
3.2. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu bagi teman-teman yang ingin lebih memahami tentang kewibawaan dalam pendidikan Islam kami sarankan untuk mencari sumber-sumber lain sebagai tambahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)