MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini lembaga pendidikan Islam berkembang sebagai lembaga yang semakin kompleks sehingga ia membutuhkan organisasi yang tertata dengan baik dan benar. Kompleksitas lembaga pendidikan Islam terutama terlihat dari kebutuhan akan pengelolaan pelaksanaan pendidikan dengan pendekatan manajemen. Itulah kebutuhan untuk mengunakan pendekatan ilmu manajemen di lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam menjadi mutlak. Sehingga perkembangan administrasi pendidikan menjadi bagian yang menarik bagi kalangan praktisi dan ahli pendidikan sampai sekarang ini.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian manajemen pendidikan Islam?
b. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam?
c. Bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan Islam?
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap manajemen pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
a. Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily management[1] berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Sedangkan Sondang P Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain[2].
b. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya[3].
Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.
Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat[4].
2.2. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam
Makna definitif di atas selanjutnya memiliki implikasi-implikasi yang saling terkait membentuk satu kesatuan sistem dalam manajemen pendidikan islam. Berikut ini penjabarannya.
a. Proses pengelolaan lembaga pendidikan islam.
Hal ini menghendaki adanya nilai-nilai islam dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam.
b. Terhadap lembaga pendidikan islam.
Hal ini menunjukan objek dari manajemen ini yang secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan islam dengan segala keunikannya. Maka manajemen ini bias memaparkan cara-cara pengelolaan pesantren, madrasah, perguruan tinggi islam dan sebagainya.
Banyak muncul pertanyaan apa perbedaan manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan lainnya. Misalnya adanya manajemen pendidikan umum memang secara general sama. Artinya ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah menejerial yang dapat digunakan oleh seluruh mamajemen, namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan yang membuuhkan penanganan yang spesial pula. Inti manajemen dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya berbeda tergantung pada bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan. Perbedaan variabel ini membawa perbedaan kultur yang kemudian memunculkan perbedaan.
Henry Fayol mengemukakan prinsip-prinsip manajemen yang dibagi menjadi 14 bagian, yaitu[5]:
a. Divisionofwork
Merupakan sifat alamiah, yang terlihat pada setiap masyarakat. Bila masyarakat berkembang maka bertambah pula organisasi-organisasi baru menggantikan organisasi-organisasi lama. Tujuan daripada pembagian kerja adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik dengan usaha yang sama.
b. Authority and Responsibility
Authority (wewenang) adalah hak memberi instruksi-instruksi dan kekuasaan meminta kepatuhan.
Responsibility atau tanggung jawab adalah tugas dan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seseorang pejabat dan agar dapat dilaksanakan, authority (wewenang) harus diberikan kepadanya.
c. Discipline
Hakekat daripada kepatuhan adalah disiplin yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pemimpin dengan para pekerja, baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan-kebiasaan.
d. Unityofcommand
Untuk setiap tindakan, seorang pegawai harus menerima instruksi-instruksi dari seorang atasan saja. Bila hal ini dilanggar, wewenang (authority) berarti dikurangi, disiplin terancam, keteraturan terganggu dan stabilitas mengalami cobaan, seseorang tidak akan melaksanakan instruksi yang sifatnya dualistis.
e. Unityofdirection
Prinsip ini dapat dijabarkan sebagai : “one head and one plan for a group of activities having the same objective”, yang merupakan persyaratan penting untuk kesatuan tindakan, koordinasi dan kekuatan dan memfokuskan usaha.
f. Subordinationof individual interest to general interest
Dalam sebuah perusahaan kepentingan seorang pegawai tidak boleh di atas kepentingan perusahaan, bahwa kepentingan rumah tangga harus lebih dahulu daripada kepentingan anggota-anggotanya dan bahwa kepentingan negara harus didahulukan dari kepentingan warga negara dan kepentingan kelompok masyarakat.
g. Remuneration of Personnel
Gaji daripada pegawai adalah harga daripada layanan yang diberikan dan harus adil.Tingkat gaji dipengaruhi oleh biaya hidup, permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Di samping itu agar pemimpin memperhatikan kesejahteraan pegawai baik dalam pekerjaan maupun luar pekerjaan.
h. Centralization
Masalah sentralisasi atau disentralisasi adalah masalah pembagian kekuasaan, pada suatu organisasi kecil sentralisasi dapat diterapkan, akan tetapi pada organisasi besar harus diterapkan disentralisasi.
i. Scalarchain
Scalar chain (rantai skalar) adalah rantai daripada atasan bermula dari authority terakhir hingga pada tingkat terendah.
j. Order
Untuk ketertiban manusia ada formula yang harus dipegang yaitu, suatu tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya masing-masing.
k. Equity
Untuk merangsang pegawai melaksanakan tugasnya dengan kesungguhan dan kesetiaan, mereka harus diperlakukan dengan ramah dan keadilan.Kombinasi dan keramahtamahan dan keadilan menghasilkan equity.
l. StabilityOf Tonure Of Personnel
Seorang pegawai membutuhkan waktu agar biasa pada suatu pekerjaan baru dan agar berhasil dalam mengerjakannya dengan baik.
m. Initiative
Memikirkan sebuah rencana dan meyakinkan keberhasilannya merupakan pengalaman yang memuaskan bagi seseorang. Kesanggupan bagi berfikir ini dan kemampuan melaksanakan adalah apa yang disebut inisiatif.
n. Ecsprit de Corps
“Persatuan adalah kekuatan”.Para pemimpin perusahaan harus berbuat banyak untuk merealisir pembahasan itu.
2.3. Pengelolaan Administrasi Pendidikan Islam
a. Planning
Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004)[6].
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan[7].
b. Organizing
Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stone (1996:11) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran[8].
Menurut Drs. B. Suryosubroto, pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah[9].
Pengorganisasian sebagai fungsi administrasi pendidikan menjadi tugas utama bagi para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah. Dalam kegiatan sekolah sehari-hari terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan keterampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Keragaman tugas dan pekerjaan semacam itu tidak mungkin dilakukan dan dipikul sendiri oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, setelah seorang kepala sekolah mempunyai perencanaan yang matang, dia akan melakukan pengorganisasian dengan menyusun tugas dan tanggung jawab para personil dalam organisasi.
c. Actuating
Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya[10].
Dalam isthilah manajemen terdapat isthilah yang sangat berhubungan erat dengan penggerakan (actuating) yakni motivating yang menjadi inti dari actuating. Motivasi yaitu suatu keadaan seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau mengarahkan perilaku kea rah tujuan. Adapun prinsip-prinsip penggerakan yakni keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan[11].
d. Controling
Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan[12].
Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari controlling[13].
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perencanaan memiliki peranan yang amat penting dalam pengelolaan sebuah institusi atau lembaga terutama pada lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan bukanlah menghailkan barang dan jasa tetapi lembaga penidikan merupakan sebuah pabrik yang akan memproduksi generasi-generai yang unggul dalam pretasi dan anggun dalam akhlak, apalagi dengan Lembaga yang berlabelkan Islam sebagai pandangan dan pedoman dalam membina dan mengembangkan peserta didik.
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam bukanlah hanya salah satu dari mata kuliah yang harus dipelajari secara tekstual belaka, akan tetapi adalah untuk direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan semoga dengan semangat dan tekad yang kuat untuk mencari ilmu akan menjadi motivator untuk perubahan terhadap berbagai problematikan yang terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Karena gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal, sebelum bertindak dan berproses hendaklah perlu perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan dan sampai pada tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Perencanaan ini meliputi perencanaan strategik yang diukur dari berbagai sudut pandang baik itu lembaga, lingkungan eksternal, peluang dan sebagainya yang bertujuan mampu mengelola organisasi atau lembaga pendidikan Islam sesuai target dan mencapai sasaran. Sedangkan perencanaan operasional merupakan langkah-langkah nyata dalam pengoperasionalan sebuah lembaga pendidikan Islam.
3.2. Saran
Demikianlah yang dapat kami uraikan mengenai manajemen pendidikan Islam, kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di atas untuk mencari referensi melalui berbagai media yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
M. Arifin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Siagian, Sondang, P. 1990. Filsafah Administrasi. Jakarta: CV Masaagung.
Suryosubroto. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
[3] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, (Jakarta ; Bumi Aksara, 1993), hlm. 11
[5] Denia Setyawan, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://deniasetyawan.blogspot.com/2013/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html pada tanggal 25 September 2014 pukul 19:42 Wib
[6] Mujib, Manajemen Pendidikan Islam, di akses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2013/05/manajemen-pendidikan-islam.html pada tanggal 25 September 2014 pukul 19:48 Wib
[7] Ibid
[10] Mujib, Op.cit.
[11] Ibid
[12] Andi, Fungsi-Funsi Manajemen, di akses dari http://andimpi.blogspot.com/ pada tanggal 25 September 2014 pukul 20:02 Wib
[13] Ibid
No comments:
Post a Comment