Translate

Monday, September 16, 2013

Makalah Teori Psikologi Belajar (Edward Chace Tolman)

MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


A.           PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pengajar serta pelatih bagi peserta didiknya, tentunya dituntut untuk memahami  karakteristik psikologis yang dimiliki oleh masing-masing peserta didiknya. Dengan kata lain guru seharusnya memiliki ilmu yang merupakan dasar pengetahuan yang membekali Profesinya, agar mampu mengembangkan serta menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, sehingga guru dapat merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi, sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti Pengembangan Kurikulum, Proses Belajar Mengajar, dan Sistem Evaluasi, serta layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

2.        Rumusan Masalah
a)         Siapakah Edward Chace Tolman?
b)        Bagaimana konsep teori belajar Tolman?
c)         Apa kontribusi Tolman terhadap teori belajar?

3.        Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, makalah ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang teori psikologi belajar, khususnya teori psikologi belajar menurut Edward Chace Tolman.

B.            PEMBAHASAN
1.        Biografi Singkat Edward Chace Tolman
Lahir di West Newton, Massachusetts, saudara CalTech fisika Richard Chace Tolman, Edward C. Tolman studi di Massachusetts Institute of Technology, dan ia menerima Ph.D. dari Universitas Harvard pada 1915. Sebagian besar telah menghabiskan karirnya di University of California, Berkeley (1918-1954), di mana dia mengajar psikologi.
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai camuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme. Setelah lulus dari Harvard Tolman pergi ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme. Tolman memperhatikan ada sedikit nilai dalam introspective approach, padahal ia merasakan psikologi merupakan obyektif yang komplit. Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris yang menyatakan unit perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah. Para behavioris seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner digambarkan Tolman sebagai "Psychology of Twitchism" karena mereka melihat segmen-segmen perlilaku yang besar dapat dibagi menjadi segmen-segmen kecil, seperti reflek-reflek yang selanjutnya dianalisis.
Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah membuang artinya secara utuh. Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar behavior secara sistematis. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif

2.        Konsep Teori Belajar Tolman
Tolman memperkenalkan penggunaan variable campuran dalam riset psikologis, asumsi-asumsi umum yang dikemukakan Tolman dalam proses belajar:
a)        Apa arti belajar?
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinspip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar[1].
Menurut Tolman, belajar adalah mengenal tentang situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia dapat membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman, belajar itu akan sia-sia jika hanya dihafal.
b)        Confirmation versus Reinforcement
Sebagaimana Guthrie, konsep penguatan (reinforcement) adalah tidak penting bagi Tolman sebagai variable pembelajaran. Akan tetapi, Tolman mengatakan sebagai konfirmasi, di mana behavioris menyebutnya Rinforcement. Selama perkembangan sebuah peta kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan oleh sebuah organisme. Dugaan adalah sebuah firasat tentang sesuatu dan fungsinya. Di mana awal sebuah dugaan bersifat sementara yang disebut hipotesis, yang berasal baik dari pengalaman maupun bukan. Hipotesis yang telah dikonfirmasikan akan dipakai. Sedangkan hipotesis yang salah akan dibuang. Yang harus diperhatikan adalah proses penerimaan maupun penolakan hipotesis merupakan sebuah proses kognitif bukan termasuk tindakan behavior.
c)         Vicarious Trial and Error
Tolman memperhatikan karakteristik tikus dalam kebingungan (jalan simpag siur). Sehingga ia bisa memanfaatkannya sebagai pendukung untuk menafsirkan teori belajarnya. Seekor tikus sering berhenti pada suatu titik tertentu dan memandang sekelilingnya seolah-olah berpikir tentang berbagai alternatif yang ada. Kegiatan seperti ini (berhenti dan memandang sekelilingnya) yang disebut Tolman sebagai Vicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya.
d)        Learning Versus Performance
Menurut Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita harus melakukannya. Dalam status kebutuhan (need), organisme memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya hingga sampai pada real testing yang bisa menguangi kebutuhan itu. Misalnya, ada dua kran air dalam rumah kita, dalam jangka waktu yang lama, kita tidak pernah memperhatikan atau meminumnya hingga suatu saat terasa sangat haus. Secara spontan kita akan meminumnya salah satu dari keduanya. Dari sini, kita akan mengetahui bagaimana menemukan air minum itu tanpa harus menunggu hingga terasa haus. Beberapa point sejauh ini yang dapat diringkas adalah:
1)        Organisme membawa kepada bentuk problem-solving berbagai hipotesis, yang bisa jadi akan memanfaatkan percobaan untuk memecahkan masalah ini. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengalaman terdahulu. Tolman juga percaya bahwa beberapa strategi problem-solving bisa jadi merupakan pembawaan.
2)        Hipotesis yang survive, yaitu yang sesuai dengan kenyataan menjadikan maksud atau tujuan tercapai.
3)        Ketika ada berbagai tuntutan maupun alasan yang harus dipenuhi, sebuah organisme akan memanfaatkan penggunaan informasi yang ada dalam peta kognitifnya. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan learning dan performance.
e)         Latent Learning
Berbeda dari dari J. Bruner yang dikenal dengan apa yang disebutnya discovery learning; “Biarkan murid kita menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang mereka mengerti”[2].
Tolman lebih dikenal dengan istilah latent learning yakni belajar yang tidak diwujudkan dalam performance. Dengan kata lain, latent learningmerupakan kemungkinan belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam prilaku. Konsep tentang latent learning sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam mendemonstrasikan eksistensinya. Eksperimen terkenal yang dilakukan oleh Tolman dan Honzik (1930) melibatkan tiga kelompok tikus, yang mencoba belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama, tidak pernah diperkuat untuk dengan tepat melintasi jalan yang simpang siur itu. Kelompok kedua, selalu diperkuat (reinforced). Sedang kelompok ketiga, tidaklah diperkuat sampai hari ke-11 mengadakan percobaan. Kelompok terakhir inilah yang menarik bagi Tolman. Teorinya tentang latent learningmeramalkan bahwa kelompok ini akan belajar di simpang siur jalan itu, sama halnya dengan kelompok yang secara teratur diperkuat. Dan ketika penguatan (reinforcement) diperkenalkan pada hari ke-11, kelompok ini akan melakukan seperti halnya kelompok yang secara terus menerus diperkuat (reinforced).
f)         Reinfocement Expectancy
Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa "situasi". Term understanding selalu ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita belajar untuk memperoleh cara yang paling paktis. Kita belajar untuk mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain. Seekor binatang mengharapkan jika ia pergi ke suatu tempat tertentu, maka ia akan menemukan reinforcer tertentu. Manurut pada ahli teori S-R, bahwa merubah reinforcer dalam teori belajar tidak akan mengganggu prilaku sepanjang kuantitas reinforcement tidak dirubah secara drastis. Sedangkan menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer dirubah, prilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang diharapkan.

3.        Kontribusi Tolman Terhadap Teori Belajar
Ketika kita mencari kontribusi Tolman terhadap teori belajar maka akan kita dapatkan penemuan tunggalnya tentang latent learning. Kontribusi terbesar Tolman tak sebanyak dalam penemuan penelitian yang spesifik dan lebih memerankan tugasnya melawan behavioris Hull. Dimana Hull dan teman-temannya mampu menolak pendapat psikologi Gestalt dan Piaget, yang terjadi perbedaan keduanya pada metodologi dan subyek bersifat eksperimen. Tolman merupakan penengah bagi para behavioris S-R dengan para psikolog yang memandang belajar sebagai proses kognitif.
Dalam artikelnya (1949), "There is More than One Kind of Learning", Tolman membagi belajar menjadi enam macam.
a)         Cathexes.
Cathexis (jamak chatexes) mengacu pada kecenderungan belajar untuk berhubungan dengan obyek tertentu serta drive state tertentu. Misalnya, makanan tertentu yang tersedia bisa jadi mencukupi rasa lapar seseorang yang hidup di suatu negeri. Masyarakat yang hidup di suatu negeri, di mana ikan selalu dimakan akan cenderung untuk dicari guna memenuhi rasa laparnya. Individu-individu yang sama akan menghindari daging sapi atau spageti karena bagi mereka, makanan itu tidak dihubungkan dengan kepuasan rasa lapar. Karena stimuli tertentu itu dihubungkan dengan kepuasan drive tertentu, sehingga stimuli-stimuli itu akan cenderung untuk dicari-cari ketika drive itu terulang.
b)        Equivalence Beliefs
Ketika sebuah "subgoal" mempunyai pengaruh yang sejenis dengan dirinya, maka subgoal itu dikatakan mendasari sebuah equivalence belief. Hal seperti ini hamper sesuai dengan yang disebut oleh para ahli teori S-R sebagai secondary reinforcement. Tolman (1949) menganggap bahwa jenis belajar ini termasuk dalam typical "social drives" dari pada physiological drives. Misalnya, sepanjang dapat dipertunjukkan bahwa dengan need siswa untuk cinta dan penerimaan yang baik tanpa harus menceritakan tentang nilai ataupun kualitasnya, kemudian kita ingin mempunyai bukti untuk equivalence belief.
Di sini ada sedikit perbedaan antara Tolman dan para ahli teori S-R, kecuali pada sebuah fakta di mana Tolman menyebut "love reduction" sebagai reinforcement, dan para teori S-R lebih suka menyebutnya sebagai penurunan drive seperti rasa haus atau lapar.
c)         Field Expectancies
Ini dikembangkan dengan cara yang sesuai menurut perkembangan peta kognitif. Sebuah organisme belajar tentang obyek dan fungsinya. Ketika melihat suatu tanda tertentu ia mengharapkan sign yang lain akan mengikutinya. Pengetahuan umum tentang lingkungan digunakan untuk menerangkan latent learning dan place learning. Hal seperti ini bukan merupakan S-R learning melainkan S-S learning atau sign-sign learning. Di mana ketika seekor binatang melihat suatu sign, maka ia belajar dan berharap akan diikuti oleh yang lain. Satu-satunya "reinforcement" yang penting untuk jenis belajar seperti ini adalah konfrmasi sebuah hipotesis.
d)        Field-Cognition Modes
Jenis belajar seperti ini kurang diminati oleh Tolman. Ini adalah sebuah strategi, cara pendekatan untuk situasi problem-solving. Hal ini merupakan sebuah tendensi untuk menyusun perceptual field dalam bentuk tertentu. Tolman mencurigai bahwa kecenderungan ini adalah bawaan, tetapi bisa dimodifikasi dengan pengalaman. Sesungguhnya hal paling utama pada strategi yang bekerja dalam pemecahan masalah adalah akan dicoba pada situasi yang sama pada masa yang akan datang. Seperti itulah field cognition modes yang efektif, atau problem-solving, yaitu memindahkan permasalahan-permasalahan yang berhubungan.
e)         Drive Discrimination
Drive discrimination hanya mengacu kepada fakta bahwa organisme dapat menentukan status drive mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka mampu merespon sewajarnya. Contohnya, telah ditemukan bahwa seekor binatang dapat dilatih untuk masuk searah dalam T-maze, ketika mereka marasa lapar ataupun haus.
f)         Motor Patterns
Tolman menunjukkan bahwa teorinya sebagian besar itu terkait dengan ide asosiasi bukan terkait dengan ide yang berhubungan dengan prilaku. Motor patern learning ini merupakan suatu usaha untuk memecahkan sebuah masalah. Tolman menerima interpretasi Guthrie tentang bagaimana respon bisa menjadi hubungan dengan stimuli.

C.           PENUTUP
1.        Kesimpulan
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai camuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme. Setelah lulus dari Harvard Tolman pergi ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme.
Tolman memperkenalkan penggunaan variable campuran dalam riset psikologis, asumsi-asumsi umum yang dikemukakan Tolman dalam proses belajar antara lain; apa arti belajar?, confirmation versus reinforcement,  vicarious trial and error, learning versus performance, latent learning, reinfocement expectancy.
Ketika kita mencari kontribusi Tolman terhadap teori belajar maka akan kita dapatkan penemuan tunggalnya tentang latent learning. Kontribusi terbesar Tolman tak sebanyak dalam penemuan penelitian yang spesifik dan lebih memerankan tugasnya melawan behavioris Hull. Dimana Hull dan teman-temannya mampu menolak pendapat psikologi Gestalt dan Piaget, yang terjadi perbedaan keduanya pada metodologi dan subyek bersifat eksperimen. Tolman merupakan penengah bagi para behavioris S-R dengan para psikolog yang memandang belajar sebagai proses kognitif.

2.        Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, untuk itu kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin lebih mendalami tentang teori belajar Edward Chace Tolman untuk mencari sumber lain sebagai referensi tambahan.

DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka
Oemar Hamalik. 2004. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 2009 . (PT: Raja Grafindo Pustaka:Jakarta). Hal. 92.
[2] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Sinar Baru Algesindo:Bandung), 2004. Hal. 49.

No comments:

Post a Comment