Translate

Sunday, August 11, 2013

Makalah Na-‘i Bul Fa’il dan fi’il majhul

MATA KULIAH BAHASA ARAB



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
Ilmu nahwu merupakan ilmu yang sangat penting dalam dunia pendidikan islam, karna ilmu nahwu merupakan alat yang sangat mendasar dari pada mempelajarisegala ilmu dalam pendidikan islam. Karena ilmu nahwu merupakan ilmu alat alam bahasa arab, yang digunakan dalam menterjemahkan bahasa arab.
Pada kali ini kami membahas tentang fi’il majhul dan na-‘ibul fi’il, yang mana keduanya merupakan materi yang membicarakan tentang kalimat dalam bentuk kata kerja pasif atau aktifnya, serta membahas tentang hukum-hukum na-‘ibul fa’il. Karna materi ini merupakan materi yang penting dalam pembelajaran ilmu nahmu.

1.2.       Rumusan masalah
a.         Apa yang dimaksud na-ibul fi’il dan fi’il majhul . . . .?
b.        Kata-kata yang dapat menjadi na-‘ibul fa’il . . . ?
c.         Apa hukum na-‘ibul fail . . . .?

1.3.       Tujuan
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Arab.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Na-‘i Bul Fa’il dan fi’il majhul
1.        Na-‘ibul fa’il
Naib artinya pengganti, dan fa’il yang artinya pelaku, jadi Na’ibul Fa’il artinya pengganti pelaku.
2.        Fi’il majhul
Fi’il majhul adalah fi’il yang dibuang fa’ilnya (pelakunya) dan diganti oleh maf’ul bih.
Yang dimaksud disini, bahwa na’ibul fa’il ialah isim yang marfu’ yang didahului oleh fi’il majhul atau syibhul majhul dan menempati tempat fa’il setelah fa’il itu dibuang.
Contoh :
1.        Anjing itu sudah dipukul =
2.        Anjing sedang/akan dipukul =
Kata-kata al-kalbu pada contoh (1 & 2) menjadi na’ibul fa’il. Marfu tanda rafa’nya dlomah. Sedang kata-kata dluriba dan yudlrabu adalah fa’il majhul.
Syibhul artinya serupa. Majhul artinya pasif. Jadi Syibhul majhul adalah menyerupai kata kerja pasif.
Yang dimaksudkan/termasuk syibhul majhul ada dua yaitu:
1.         Isim maf’ul
2.         Isim yang bersambung dengan ya nisbah (yang menujukan arti turunan, atau bangsa)
Keduanya memiliki na’ibul fa’il seperti fa’il majhul, Contoh:
1.        Dia terpuji akhlaknya =
2.        Dia (pr) terpuji akhlaknya =
3.        Anak itu turunan arab ayanya =
Kata-kata “mahmudun dan mahmudah” adalah isim maf’ul (syibhul majhul. Kata “khulquhu” menjadi na’ibul fa’ilnya.

2.2.       Kata-kata yang dapat menjadi na’ibul fa’il
Ada empat macam yang menjadi na-‘ibul fa’il yaitu:
1.        Maf’ul bih, contoh : anjing dipukul =
2.        Jar Majrur, contoh : dia digembirakan =
3.        Zoraf, contoh : dijalani sehari penuh =  
4.        Masdar, contoh : dimandikan di sungai =
Kata “al-kalbu’, pada contoh 1, menjadi maf’ul bih dalam kalimat aktif, dalam mansub setelah dimajhulkan, maka menjadi Na’ibul Fa’il dan Marfu’.
Kata “bihi” isim majrur,manjadi na-ibul fa’il dari furiha. Kata “yawmun”, zoraf, menjadi na-‘ibul fa’il dari musyiya.
Kata “ightisa-lun” adalah masdar menjadi na-‘ibul fa’il dari ughtusila.

2.3.       Hukum Na‘ibul fa’il
1.        Harus rafa’, contoh
2.        Na-‘ibul fa’ilharus ada artinya dimana ada fi’il majhul maka harus ada na-‘ibul fa’ilnya.
3.        Na-‘ibul fa’il harus terletak sesudah fi’il, berarti bila didahului oleh isim, maka na-ibul fi’ilnya terdiri dari dlomir.
Conttoh :
a.         Ahmad sudah dinasihati =
b.         ‘aisyah sudah dinasehati =
c.         Anak-anak itu akan dipukul =
d.        Orang-orang islam di ajak =  
Pada contoh (a&b) na-‘ibul failnya terdiri dari dlomir mustatir ditakdirkan atas hua dan ha.
4.        Fi’il harus tetap dalam bentuk mufrad (tunggal) walaupun na-‘ibul fa’ilnya terdiri darimutsana (dua atau jamak).
Contoh:
a.         Kedua anak itu dijumpai di jalan =
b.         Kedua anak dijumpai =
c.         Orang-orang islam telah dipanggil =
d.        Orang-orang islam akan dipanggil =
5.        Harus dita’niskan fi’ilnya bila na-‘ibul fai’lnya mu’anats (perempuan).
Contoh:
a.         Sapi sudah disembelih =
b.         Sapi akan disembelih =
c.         Muslimat-muslimat sedang dinasehati =
6.        Boleh dibuang fi’ilnya dengan tepat fa’il na-‘ibul fa’ilnya seperti pada jawaban kalimat.
Contoh:
a.         Apa yang dipukul . .? anjing =
b.         Siapa yang diajak . .? muhammad =
Kata – kata al-kalbu dan muhammad adalah na-‘ibul fa’il dari fi’il majhul yang dibuang. Taqdimnya seharusnya sebab:
1.        Anjing dipukul =
2.        Muhammad diajak =

BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa nai-ibul fa’il itu adalah kata kerja pengganti pelaku, sedangkan fi’il majhul merupakan kata kerja pasif.
Ada beberapa hukum na-‘ibul fa’il yaitu:
1.        Harus rafa’
2.        Na’ibul fa’il harus adamakna dimana dari fi’il majhul.
3.        Na-‘ibul fa’il harus terletak sesudah fi’il.
4.        Fi’il harus tetap terletak dalam bentuk mufrad (tunggal) walaupun na-‘ibul fi’ilnya terdiri dari mutsana (dua ataujamak)
5.        Harus dita’taniskan fi’ilnya bila na-‘ibul fa’ilnya mu’anats (perempuan)
6.        Boleh dibuang fi’ilnya dengan tetap fa’il pada na-‘ibul fa’ilnya.

3.2.       Saran
Demikian makalah kami ini, kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan demikian kami sanagat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca, demikian semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Muhamamad, Abubakar. 1982. Tata Bahasa, Bahasa Arab. Surabaya: Al-Ikhlas



No comments:

Post a Comment